Mendidik dan Merancang Masa Depan Anak
Apakah memulai perencanaan pengasuhan anak itu penting? Pertanyaan ini akan saya coba jawab dalam bagian ini dengan melihat beberapa ungkapan yang sering kita dengar. Ungkapan tersebut menjadi argumentasi saya untuk menjawab pertayaan ini.
Salah satu pappaseng Bugis adalah palettu alemu riolo tejjokkamu. Secara harfiah, pesan ini dapat diartikan bahwa sampailah terlebih dahulu sebelum berangkat. Pesan ini merupakan termasuk ungkapan perintah. Secara operasional biasanya dilakukan dengan berdiam diri sejenak sambil memastikan bahwa jasad kita telah berada pada tempat/kondisi tujuan. Pesan ini bisa dipraktikkan pada beragam konteks sosial termasuk dalam hal mencapai target tertentu.
Palettu alemu riolo tejjokkamu secara bahasa dapat dipahami bahwa palettu berarti sampailah, alemu berarti dirimu, riolo berarti sebelumnya, tejjokamu berarti keberangkatan / bepergian. Paseng (pesan) ini dapat dipahami sebagai semangat yang mengantar seseorang menjadi seperti yang dipikirkan sebelum memulai perjalanan target tertentu. Konsep kearifan lokal ini menjadi menarik untuk dipahami dan diterapkan oleh seseorang dalam hal pemilihan dan penentuan masa depan, termasuk mendidik anak tentu saja.
Kearifan lokal Bugis tersebut bukanlah sesuatu yang hanya dimiliki oleh masyarakat Suku Bugis, namun juga ditemukan pada buku-buku popular yang menjadi referensi kuat dalam bidang pengambangan diri. Buku yang ditulis oleh Stepen R. Covey, yang berjudul The Seven Habit of Highly Effective People. Penulis mengungkapkan bahwa salah satu strategi orang sukses dalam perjalanan mendapatkan yang diinginkan adalah dengan menerapkan konsep Begin From The End. Konsep ini dapat dipahami bahwa apabila seseorang hendak memulai melakukan sesuatu maka mulailah dari akhir, artinya bahwa membayangkan bahwa kita telah berada atau meraih apa yang menjadi tujuan atau cita-cita. Begin berarti mulai, from berarti dari, the end berarti akhir, mulailah dari akhir!.
Demikian juga istilah lokal Bugis ini juga ditemukan pada buku The Secret yang ditulis oleh Rhonda Byrne. Penulis menggunakan istilah The Law of Attraction. Ungkapan ini dapat dipahami bahwa apa yang dipikirkan akan kembali kepada seseorang tersebut, begitulah cara kerja dari bumi ini. Segala yang dipikirkan maka akan didapatkan kembali, seperti bola yang dipantulkan di atas tanah. Konsep ini menjadi strategi sukses untuk mendapatkan masa depan. Masa depan yang diimpikan dihadirkan dalam pikiran, maka semesta ini akan mengabulkan.
Dalam buku Quantum Ikhlas yang ditulis oleh Erbe Sentanu, menggunakan istilah visualisasi. Visualisasi memiliki pengertian yang sama dengan the law of attraction, gaya tarik menarik bumi bekerja dengan baik. Bagi seseorang yang memikirkan sesuatu maka semesta akan memberinya. Semesta memiliki kemampuan menjawab permintaan dari manusia.
Ketiga buku di atas dan kearifan lokal Bugis menjadi argumentasi yang kuat bagi paham berfikir positif, positive thinking. Mempersiapkan pengasuhan anak adalah dimulai dengan berfikir positif. Berfikir positif tentang keselamatan atau kesuksesan anak merupakan awal dari sebuah pencapaian atas anak yang salih/salihah.
Berfikir positif letaknya dibagian awal tetapi mampu menghadirkan bagian akhir. Hal ini tentu belum terjadi, artinya bahwa masih dalam pikiran. Islam menegaskan pentingnya menjaga pikiran tersebut melalui Hadits Nabi bahwa Allah sesuai dengan persangkaan hambanya. Hadits ini menjelaskan kepada manusia bahwa pentingnya berprasangka baik kepada Allah. Menjaga prasangka baik atas sesuatu bahwa Allah akan mengabulkan permintaan tersebut sepanjang memikirkan (baca; melihat) tujuan akhir tersebut. Lantas, bagaimana menjaga pikiran positif melalui penentuan tujuan akhir? kita akan membahasnya pada tulisan berikutnya