Blog

Kepada Apa Anak Kita Bergantung?

Dalam menjalani kehidupan manusia tentu tidak bisa menyelesaikan segala hal atau mengetahui semua hal namun kita harus meyakini bahwa kita memiliki harapan yang kuat yang tercermin dari berpikir positif. Berpikir positif dalam arti yang real yaitu sesuai dengan sunnatullah bahwa memang kita tidak memiliki semua kekuatan dan pengetahuan, bahkan waktu saja kita terbatas yang tidak bisa kita ingkari. Namun, kita harus tetap memiliki harapan yang kuat dan percaya diri untuk berusaha, bukan percaya diri untuk berhasil (semata). Sebab, tugas manusia adalah berusaha.

Berusaha atau berikhtiar adalah proses memilih. Memilih untuk berprasangka buruk atau berpikir positif. Prasangka buruk dapat mengotori jiwa, memikirkan hal negatif saja, hanya pasrah saja (fatalistic), dan terlalu percaya diri sehingga mengarah pada sombong. Ini adalah kotoran-kotoran yang harus dibersihkan.

Kondisi ideal adalah berpikir positif di mana kondisi hati yang dipenuhi harapan tapi tidak sombong, harapan yang masih membuka peluang atau mentolerir adanya ketidakpastian. Ketidakpastian bisa menjadi ancaman namun bisa juga bisa menjadi peluang

Kehidupan dipenuhi dengan ketidakpastian, anak-anak kita yang mengarungi kehidupan itu akan membutuhkan jangkar kehidupan. Jangkar kehidupan dipahami sebagai refleksi dari sebuah pertanyaan mendasar yaitu kepada apa anak kita akan bergantung? Jawaban atas pertanyaan ini tentu salah satunya sangat dipengaruhi oleh bagaimana orang tua mengenalkan prinsip harapan yang tepat.

Kepada apa anak kita akan berharap di tengah ketidakpastian kehidupan?

Kita akan selalu menggantungkan harapan, tapi kita akan menggantungkan ke mana?

Orang tua mesti berhati-hati dalam menjawab pertanyaan tersebut di atas, sebab menanamkan pengharapan kepada anak akan berpengaruhi kelak saat beranjak dewasa dan tentu akan memengaruhi kepribadiannya. Olehnya pengasuhan dengan memenuhi “pengharapan” pada sesuatu akan membuat anak akan seperti apa di masa depan.

Setidaknya, terdapat empat hal yang anak bisa digantungkan atau ditanamkan harapan.

Pertama adalah self atau diri. Pengasuhan yang memberi peluang kepada orang tua menanamkan harapan melalui pengayaan diri anak misalnya menanamkan bahwa betapa pentingnya memiliki kepercayaan diri, konsep diri, regulasi diri, dan beragam atribut self lainnya.

Kedua adalah others. Proses pengasuhan yang mengedepankan penanaman kepribadian terhadap pelibatan orang lain atau lingkungan dalam bertumbuh dan berkembang. Orang tua memberi penekanan akan pentingnya berkolabirasi dengan sesame.

Ketiga adalah materials.  Pengasuhan berorientasi terhadap proses-proses yang menggantungkan anak pada materi berupa fisik / kekayaan. Orang tua mengedepankan motivasi atas pencapaian prestasi.

Keempat adalah virtues, yaitu menggantungkan anak pada kearifan atau kebajikan atau kebersyukuran. orang tua menanamkan ilmu kepada anak sehingga mampu berfikir hikmah, mengambil kebaikan pada setiap kejadian.

Keempat jangkar tersebut memiliki peluang untuk mendekatkan anak kepada Allah, namun juga sebaliknya bisa membuka ruang kemunafikan. Anak yang berkembang dari pengasuhan yang menggantungkan pada self akan menjadi mudah patah semangat bila mengalami kekalahan dalam kehidupan, anak yang berkembang dari pengasuhan yang menggantungkan pada others akan menjadikan anak mengalami kesulitan menjadi mandiri atau memerlukan orang lain dalam melangkah, anak yang menggantungkan materials akan menjadi cinta dunia, akan selalu berusaha memenuhinya yang bahkan tidak pernah terasa terpenuhi.

Ketiga ini akan membuat anak memiliki empty soul yang dalam kehidupan modern ini dikenal dengan istilah loneliness. Pribadi-pribadi yang hanya siap menang namun tidak siap kalah. Pribadi-pribadi yang tidak mampu diterpa hempasan gelombang kehidupan. Pribadi-pribadi yang lebih memilih merusak dirinya ketimbang memilih mencari jalan solusi atas kondisi ketidakpastian.

Bagaimana anak yang orang tuanya menggantungkan penanaman kepribadian kepada virtues?

Anak yang berkembang menggantungkan kehidupan pada virtues akan menjadi pribadi bijak yang mampu memosisikan diri dalam ketidakpastian kehidupan.