Kepada Apa Anak Kita Bergantung?
Dalam menjalani kehidupan manusia tentu tidak bisa
menyelesaikan segala hal atau mengetahui semua hal namun kita harus meyakini
bahwa kita memiliki harapan yang kuat yang tercermin dari berpikir positif.
Berpikir positif dalam arti yang real yaitu
sesuai dengan sunnatullah bahwa memang kita tidak memiliki semua kekuatan dan
pengetahuan, bahkan waktu saja kita terbatas yang tidak bisa kita ingkari.
Namun, kita harus tetap memiliki harapan yang kuat dan percaya diri untuk berusaha,
bukan percaya diri untuk berhasil (semata). Sebab, tugas manusia adalah
berusaha.
Berusaha atau berikhtiar adalah proses memilih. Memilih
untuk berprasangka buruk atau berpikir positif. Prasangka buruk dapat mengotori
jiwa, memikirkan hal negatif saja, hanya pasrah saja (fatalistic), dan terlalu percaya diri sehingga mengarah pada
sombong. Ini adalah kotoran-kotoran yang harus dibersihkan.
Kondisi ideal adalah berpikir positif di mana kondisi hati
yang dipenuhi harapan tapi tidak sombong, harapan yang masih membuka peluang
atau mentolerir adanya ketidakpastian. Ketidakpastian bisa menjadi ancaman
namun bisa juga bisa menjadi peluang
Kehidupan dipenuhi dengan ketidakpastian, anak-anak kita
yang mengarungi kehidupan itu akan membutuhkan jangkar kehidupan. Jangkar kehidupan dipahami sebagai refleksi dari
sebuah pertanyaan mendasar yaitu kepada apa anak kita akan bergantung? Jawaban
atas pertanyaan ini tentu salah satunya sangat dipengaruhi oleh bagaimana orang
tua mengenalkan prinsip harapan yang tepat.
Kepada apa anak kita akan berharap di tengah ketidakpastian
kehidupan?
Kita akan selalu menggantungkan harapan, tapi kita akan
menggantungkan ke mana?
Orang tua mesti berhati-hati dalam menjawab pertanyaan
tersebut di atas, sebab menanamkan pengharapan kepada anak akan berpengaruhi
kelak saat beranjak dewasa dan tentu akan memengaruhi kepribadiannya. Olehnya
pengasuhan dengan memenuhi “pengharapan” pada sesuatu akan membuat anak akan
seperti apa di masa depan.
Setidaknya, terdapat empat hal yang anak bisa digantungkan
atau ditanamkan harapan.
Pertama adalah self atau
diri. Pengasuhan yang memberi peluang kepada orang tua menanamkan harapan
melalui pengayaan diri anak misalnya menanamkan bahwa betapa pentingnya
memiliki kepercayaan diri, konsep diri, regulasi diri, dan beragam atribut self lainnya.
Kedua adalah others. Proses
pengasuhan yang mengedepankan penanaman kepribadian terhadap pelibatan orang
lain atau lingkungan dalam bertumbuh dan berkembang. Orang tua memberi
penekanan akan pentingnya berkolabirasi dengan sesame.
Ketiga adalah materials.
Pengasuhan berorientasi terhadap
proses-proses yang menggantungkan anak pada materi berupa fisik / kekayaan.
Orang tua mengedepankan motivasi atas pencapaian prestasi.
Keempat adalah virtues,
yaitu menggantungkan anak pada kearifan atau kebajikan atau kebersyukuran.
orang tua menanamkan ilmu kepada anak sehingga mampu berfikir hikmah, mengambil
kebaikan pada setiap kejadian.
Keempat jangkar
tersebut memiliki peluang untuk mendekatkan anak kepada Allah, namun juga sebaliknya
bisa membuka ruang kemunafikan. Anak yang berkembang dari pengasuhan yang
menggantungkan pada self akan menjadi
mudah patah semangat bila mengalami kekalahan dalam kehidupan, anak yang
berkembang dari pengasuhan yang menggantungkan pada others akan menjadikan anak mengalami kesulitan menjadi mandiri
atau memerlukan orang lain dalam melangkah, anak yang menggantungkan materials akan menjadi cinta dunia, akan
selalu berusaha memenuhinya yang bahkan tidak pernah terasa terpenuhi.
Ketiga ini akan membuat anak memiliki empty soul yang dalam kehidupan modern ini dikenal dengan istilah loneliness. Pribadi-pribadi yang hanya
siap menang namun tidak siap kalah. Pribadi-pribadi yang tidak mampu diterpa
hempasan gelombang kehidupan. Pribadi-pribadi yang lebih memilih merusak
dirinya ketimbang memilih mencari jalan solusi atas kondisi ketidakpastian.
Bagaimana anak yang orang tuanya menggantungkan penanaman
kepribadian kepada virtues?
Anak yang berkembang menggantungkan kehidupan pada virtues akan menjadi pribadi bijak yang
mampu memosisikan diri dalam ketidakpastian kehidupan.