Sustainable Development Goals (SDGs) dan Moderasi Beragama (2)
Semangat
Kementerian Agama RI mendengungkan konsep moderasi beragama pada setiap
perilaku keseharian berbangsa dan bernegara beririsan dengan konsep pembangunan
berkelanjutan. Keduanya meniscayakan cara pandang dan perilaku menuju pada
titik adil dan jalan tengah. Konsep pembangunan berkelanjutan dan moderasi
beragama membawa pada pemahaman dan perilaku yang selalu mencari titik
keseimbangan. Individu yang ekstrem pada satu pilar tanpa mampu (baca; mau)
melihat pilar lainnya akan menyisahkan ketimpangan perilaku sosial cenderung
patologis sosial.
Ketidakmampuan
melihat ragam pilihan membawa pada pemikiran cenderung menetap di kiri atau di kanan.
Individu yang tidak mampu melihat keterkaitan antar pilar pembangunan hanya akan
cenderung mempertahankan pendapat atau kepentingan pada satu titik, tidak mampu
melihat kepentingan titik lainnya. Orang yang mementingkan kepentingan ekonomi
tanpa melihat tiga pilar pembangunan lainnya akan merusak tatanan keintiman
bermasyarakat. Orang yang hanya berfokus pada sosial tanpa melihat tiga pilar
pembangunan lainnya akan memunculkan stagnasi pertumbungan ekonomi. Orang yang
hanya berfokus pada alam tanpa melihat tiga pilar pembangunan lainnya akan menimbulkan
deteriorasi lingkungan. Orang yang hanya menguatkan tata kelola tanpa
mempertimbangkan tiga pilar pembangunan lainnya akan melahirkan kejemuan
birokrasi.
Menteri
Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas, menyebut “Religion is a universal source of
good. It is needed to solve the global challenges we are facing” pada Annual
Forum on Religion and Sustainable Development di Bali, 1 November 2022,
rangkaian kegiatan G20 dan R20. Nilai beragama yang moderat butuh menjadi
perhatian dalam mencapai Tujuan SDGs. Agama sebagai bagian dari inspirasi dan
sekaligus aspirasi pada setiap pembangunan.
Meski agama tidak secara tekstual disebutkan
pada setiap 17 tujuan SDGs, umat beragama harus mendukung dan berperan aktif
melakukan sesuatu untuk mewujudkannya. Sebab, isu-isu tentang kesejahteraan
sosial, ekonomi, pengentasan kemiskinan, pendidikan berkualitas, kesehatan,
ketahanan keluarga, kesetaraan, perdamaian dan lain-lain yang menjadi isu utama
SDGs adalah isu-isu yang menjadi perjuangan bersama oleh umat beragama dan
bahkan juga menjadi tujuan pembangunan daerah dan nasional.
Saya teringat pernyataan Rektor IAIN Parepare,
Hannani, saat menjadi narasumber pada kegiatan konferensi Tujuan Pembangunan
Berkelajutan di Kabupaten Sidenreng Rappang, 9-10 Juni 2022, bahwa okko dulle ni runtu i seppulo pitu cita-cita
e, diruntu nitu surga na lino (bila kita sudah bisa mencapai 17 tujuan
SDGs, maka sudah terasa surga dunia).